Ditulis oleh Dia Purworini
Pada prinsipnya, teknik sugesti-imajinasi ini dilakukan dengan cara memberi sugesti untuk merangsang daya imajinasi siswa. Teknik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis deskripsi karena dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Metode ini menggunakan media lagu yang dapat dieksploitasi untuk membantu peningkatan kemampuan menulis. Dengan metode sugesti-imajinasi, lagu tidak hanya digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman tetapi juga memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Dalam hal ini, lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan tema lagu. Respons yang diharapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian tersebut dengan imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan menggunakan simbol-simbol verbal.
Pembelajaran menulis dengan metode sugesti-imajinasi juga mensyaratkan beberapa hal yang bersifat normatif. Pertama, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas, terutama tentang lagu-lagu yang sedang digemari para siswa. Kedua, guru harus mampu mengolah emosi para siswa sehingga mereka benar-benar bisa menikmati lagu, bukan sekedar mendengarkan. Ketiga, guru harus bisa membangun relasi “pertemanan” dengan siswa. Dengan cara inilah, guru membantu para siswa dalam proses pembelajaran tanpa rasa takut, canggung, dan tertekan. Keempat, peningkatan penguasaan kosakata, pemahaman konsep-konsep dan teknik menulis, serta imajinasi yang terbangun baik berkorelasi dengan peningkatan kemampuan siswa dalam membuat variasi kalimat.
Teknik sugesti-imajinasi ini terdiri atas tiga tahap dalam pembelajarannya. Tahap pertama, tahap perencanaan. Ada tiga kegiatan prapembelajaran, yaitu (1) penelaahan materi agar guru benar-benar menguasai materi yang akan disampaikan, (2) pemilihan lagu yang tidak hanya sesuai dengan tema dan materi pembelajaran tetapi juga sesuai dengan minat para siswa, dan (3) penyusunan ancangan pembelajaran yang hendaknya mencakup perumusan materi, tujuan, pendekatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran.
Tahap kedua, tahap pelaksanaan. Tahap ini dibagi menjadi enam langkah, yaitu (1) pretes yang berupa perintah untuk membuat karangan atau tulisan; (2) penyampaian tujuan pembelajaran; (3) apersepsi dengan memberi ulasan singkat tentang materi pembelajaran; (4) penjelasan praktik pembelajaran dengan media lagu yang meliputi pemutaran lagu, penulisan gagasan yang muncul saat menikmati lagu dan sesudahnya, penelaahan dan pengelompokan gagasan, penyusunan kerangka karangan, penyusunan karangan, dan penilaian kelompok; (5) praktik pembelajaran, (6) pascates yang berupa menulis sebuah karangan tanpa didahului dengan kegiatan mendengarkan lagu. Tahap ketiga, tahap evaluasi. Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan hasil pretes dan pascates.
Metode sugesti-imajinasi juga memiliki kekurangan. Pertama, penggunaan metode sugesti-imajinasi tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat keterampilan menyimak yang rendah. Kedua, metode ini sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Siswa harus aktif menerima stimulus dan memberikan respons dalam bentuk simbol-simbol verbal. Imajinasi yang terbangun baik membantu siswa dalam menggali pengalaman hidup, mengorganisasikannya, dan memberikan respons dalam bentuk simbol-simbol verbal yang baik. Sugesti dapat digunakan untuk merangsang perkembangan imajinasi siswa.
Pada prinsipnya, teknik sugesti-imajinasi ini dilakukan dengan cara memberi sugesti untuk merangsang daya imajinasi siswa. Teknik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis deskripsi karena dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Metode ini menggunakan media lagu yang dapat dieksploitasi untuk membantu peningkatan kemampuan menulis. Dengan metode sugesti-imajinasi, lagu tidak hanya digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman tetapi juga memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Dalam hal ini, lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan tema lagu. Respons yang diharapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian tersebut dengan imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan menggunakan simbol-simbol verbal.
Pembelajaran menulis dengan metode sugesti-imajinasi juga mensyaratkan beberapa hal yang bersifat normatif. Pertama, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas, terutama tentang lagu-lagu yang sedang digemari para siswa. Kedua, guru harus mampu mengolah emosi para siswa sehingga mereka benar-benar bisa menikmati lagu, bukan sekedar mendengarkan. Ketiga, guru harus bisa membangun relasi “pertemanan” dengan siswa. Dengan cara inilah, guru membantu para siswa dalam proses pembelajaran tanpa rasa takut, canggung, dan tertekan. Keempat, peningkatan penguasaan kosakata, pemahaman konsep-konsep dan teknik menulis, serta imajinasi yang terbangun baik berkorelasi dengan peningkatan kemampuan siswa dalam membuat variasi kalimat.
Teknik sugesti-imajinasi ini terdiri atas tiga tahap dalam pembelajarannya. Tahap pertama, tahap perencanaan. Ada tiga kegiatan prapembelajaran, yaitu (1) penelaahan materi agar guru benar-benar menguasai materi yang akan disampaikan, (2) pemilihan lagu yang tidak hanya sesuai dengan tema dan materi pembelajaran tetapi juga sesuai dengan minat para siswa, dan (3) penyusunan ancangan pembelajaran yang hendaknya mencakup perumusan materi, tujuan, pendekatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran.
Tahap kedua, tahap pelaksanaan. Tahap ini dibagi menjadi enam langkah, yaitu (1) pretes yang berupa perintah untuk membuat karangan atau tulisan; (2) penyampaian tujuan pembelajaran; (3) apersepsi dengan memberi ulasan singkat tentang materi pembelajaran; (4) penjelasan praktik pembelajaran dengan media lagu yang meliputi pemutaran lagu, penulisan gagasan yang muncul saat menikmati lagu dan sesudahnya, penelaahan dan pengelompokan gagasan, penyusunan kerangka karangan, penyusunan karangan, dan penilaian kelompok; (5) praktik pembelajaran, (6) pascates yang berupa menulis sebuah karangan tanpa didahului dengan kegiatan mendengarkan lagu. Tahap ketiga, tahap evaluasi. Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan hasil pretes dan pascates.
Metode sugesti-imajinasi juga memiliki kekurangan. Pertama, penggunaan metode sugesti-imajinasi tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat keterampilan menyimak yang rendah. Kedua, metode ini sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Siswa harus aktif menerima stimulus dan memberikan respons dalam bentuk simbol-simbol verbal. Imajinasi yang terbangun baik membantu siswa dalam menggali pengalaman hidup, mengorganisasikannya, dan memberikan respons dalam bentuk simbol-simbol verbal yang baik. Sugesti dapat digunakan untuk merangsang perkembangan imajinasi siswa.
mau tanya,,tau gag buku tentang model sugesti-imajinasi??
BalasHapusmohon infonya..terima kasih...
itu dia yg blm tahu cz ini dl artikel tugas utk mencari di net.
BalasHapus