Ditulis oleh Ariva Luciandika
Metode ECOLA (Extending COncept throught Language Activities) adalah metode yang dikembangkan oleh Smith-Burke (1982) untuk mengembangkan keterampilan membaca. Metode ini dirancang untuk mengintegrasikan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan sekaligus. Metode ini tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca, tetapi juga menulis, mendengarkan dan berbicara. Hal ini membuat metode ECOLA sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Tahapan yang membangun pelaksanaan ECOLA ada 5. Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan yang komunikatif untuk membaca. Sebelum membaca, pembaca diarahkan untuk menentukan tujuan dia membaca. Tujuan tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan penulis. Misalnya saja jika siswa akan membaca resensi, maka ia harus diarahkan dulu apa tujuannya membaca resensi. Salah satu tujuan yang bisa ditanamkan adalah agar siswa mampu membuat resensi sebuah buku yang dibacanya sehingga ia dapat mempersuasi orang lain untuk ikut membaca buku tersebut.
Tahap kedua yang harus dilakukan adalah membaca dalam hati. Siswa harus membaca resensi tersebut dalam hati. Dengan demikian, ia akan memiliki pandangan sendiri terhadap apa yang sedang dibacanya. Siswa akan membentuk pemahaman konsep-konsep dalam pikirannya tentang apa yang terkandung dalam resensi itu. Selanjutnya, pada tahap ketiga, siswa harus mewujudkan pemahaman tersebut melalui aktifitas menulis. Ia harus menulis apa saja yang ada dalam pemahamannya mengenai teks yang sedang dibaca. Dalam contoh membaca resensi di atas, siswa bisa menulis apa saja kelebihan dan kekurangan buku yang sedang dibaca, bagaimana gaya bahasa dalam resensi yang ia baca, atau mungkin saja menulis hal-hal yang dirasanya bertentangan dengan pandangan peresensi. Bahkan, siswa juga bisa menulis kesulitan-kesulitan apa yang dialaminya saat membaca resensi tersebut.
Pada tahap selanjutnya, dilakukan diskusi dan klarifikasi pemaknaan. Diskusi ini dilakukan untuk mengklarifikasi interpretasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hasil tulisan siswa yang satu dan yang lainnya dibandingkan, semua siswa membacakan hasil tulisannya sehingga akan terdapat banyak sekali versi interpretasi atau pandangan terhadap satu resensi yang sama.
Tahap terakhir adalah menulis dan memunculkan kesimpulan. Dari berbagai macam interpretasi, siswa diajak untuk menarik satu kesimpulan tentang resensi yang sedang dibaca. Selanjutnya, kesimpulan yang diperoleh ini akan menjadi kesimpulan akhir dan merupakan perpaduan dari berbagai macam interpretasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meskipun metode ECOLA difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi metode ini juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbicara dan mendengarkan.
Metode ECOLA (Extending COncept throught Language Activities) adalah metode yang dikembangkan oleh Smith-Burke (1982) untuk mengembangkan keterampilan membaca. Metode ini dirancang untuk mengintegrasikan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan sekaligus. Metode ini tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca, tetapi juga menulis, mendengarkan dan berbicara. Hal ini membuat metode ECOLA sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Tahapan yang membangun pelaksanaan ECOLA ada 5. Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan yang komunikatif untuk membaca. Sebelum membaca, pembaca diarahkan untuk menentukan tujuan dia membaca. Tujuan tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan penulis. Misalnya saja jika siswa akan membaca resensi, maka ia harus diarahkan dulu apa tujuannya membaca resensi. Salah satu tujuan yang bisa ditanamkan adalah agar siswa mampu membuat resensi sebuah buku yang dibacanya sehingga ia dapat mempersuasi orang lain untuk ikut membaca buku tersebut.
Tahap kedua yang harus dilakukan adalah membaca dalam hati. Siswa harus membaca resensi tersebut dalam hati. Dengan demikian, ia akan memiliki pandangan sendiri terhadap apa yang sedang dibacanya. Siswa akan membentuk pemahaman konsep-konsep dalam pikirannya tentang apa yang terkandung dalam resensi itu. Selanjutnya, pada tahap ketiga, siswa harus mewujudkan pemahaman tersebut melalui aktifitas menulis. Ia harus menulis apa saja yang ada dalam pemahamannya mengenai teks yang sedang dibaca. Dalam contoh membaca resensi di atas, siswa bisa menulis apa saja kelebihan dan kekurangan buku yang sedang dibaca, bagaimana gaya bahasa dalam resensi yang ia baca, atau mungkin saja menulis hal-hal yang dirasanya bertentangan dengan pandangan peresensi. Bahkan, siswa juga bisa menulis kesulitan-kesulitan apa yang dialaminya saat membaca resensi tersebut.
Pada tahap selanjutnya, dilakukan diskusi dan klarifikasi pemaknaan. Diskusi ini dilakukan untuk mengklarifikasi interpretasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hasil tulisan siswa yang satu dan yang lainnya dibandingkan, semua siswa membacakan hasil tulisannya sehingga akan terdapat banyak sekali versi interpretasi atau pandangan terhadap satu resensi yang sama.
Tahap terakhir adalah menulis dan memunculkan kesimpulan. Dari berbagai macam interpretasi, siswa diajak untuk menarik satu kesimpulan tentang resensi yang sedang dibaca. Selanjutnya, kesimpulan yang diperoleh ini akan menjadi kesimpulan akhir dan merupakan perpaduan dari berbagai macam interpretasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meskipun metode ECOLA difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi metode ini juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbicara dan mendengarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar