Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Ditulis oleh Yogi Yuswantoro

Sekolah : SMA
Kelas : XII
Semester : 2
Aspek : Mendengarkan
SK : Memahami pembacaan teks drama.
KD : Menyimpulkan teks drama melalui pembacaan teks drama.
Indikator :
(1) mampu menentukan pokok-pokok isi drama yang diperdengarkan
(2) mampu menyusun pokok-pokok isi drama menjadi beberapa kalimat
(3) mampu menyimpulkan isi teks drama yang dibacakan

Teks drama tidak harus diperankan aktor di panggung pergelaran. Akan tetapi, dapat pula dibacakan dengan penuh penghayatan di depan umum. Kemampuan seseorang pembaca teks drama yang dapat menghayati dialog tokoh-tokohnya dapat memperjelas pemaknaan pendengar akan unsur-unsur drama tersebut.
Simaklah pembacaan petikan drama berikut dengan seksama! Perhatikan unsur-unsur intrinsiknya! Tunjuk salah satu siswa untuk membacakannya di depan kelas!


Malin Kundang

Disebuah desa bernama Suka Maju, hiduplah seorang pemuda yang bernama Malin Kundang. Ia hidup bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama meninggal dunia. Suatu hari, Malin menyampaikan keinginannya kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota.
Malin : “Bu, saya mau pergi merantau ke kota saja,siapa tahu disana saya bisa mendapat pekerjaan demi kehidupan kita.”
Ibu : “Kau yakin nak? Mencari pekerjaan di kota besar itu lebih sulit daripada mencari pekerjaan di desa kita ini”
Malin : “Saya yakin Bu, tolong izinkan saya ya!”
Ibu : “Baiklah kalau itu keinginan mu,Ibu izinkan.”
Esok paginya berangkatlah Malin ke kota untuk mencari pekerjaan. Tempat demi tempat ia datangi,tetapi hasilnya nihil.
Sampai suatu ketika, ia melihat seorang wanita cantik sedang belanja di pasar. Tiba-tiba tas sang wanita tersebut dijambret oleh seorang lelaki.
Cahaya : “Tolong, jambret !!!!! jambret!!!!!”
Malin segera menolong Cahaya dan mengejar pejambret tersebut. Akhirnya, ia berhasil menangkap pejambret itu dan menghakiminya.
Pejambret : “Ampun bang, ampun . . . “
Malin : “ Kurang ajar kau, beraninya hanya dengan perempuan !!”
Pejambret : “Ampun bang . . Ampun !!”
Malin : “Ikut saya kekantor polisi !”
Lalu sang pejambret dibawa Malin ke kantor polisi untuk mendapat proses hukum selanjutnya.
Cahaya : “Terimakasih ya sudah menolong saya, untuk ungkapan rasa terimakasih,maukah anda kerumah saya dulu . . ?”
Malin : “Tentu nona”
Cahaya : “Jangan panggil saya nona, nama saya cahaya”.
Singkatnya, Malin tiba dirumah cahaya dan kemudian berkenalan dengan sang ayah. Semenjak kejadian itu Malin diangkat sebagai karyawan dan menjadi akrab dengan cahaya. Karena keakrabannya,sampai-sampai Malin hampir tidak ingat lagi dengan sang Ibu dikampung. Tidak lama kemudian,mereka menikah.
Setelah menikah dengan Cahaya,Malin bekerja sebagai karyawan mertuanya. Tak sengaja,kapalnya singgah di desa suka maju,tempat Ia dan Ibunya tinggal. Seorang kerabat melihat Malin bertepi dan segera mengabarkan Ibu Malin.
Tetangga : “Mak,mak.. Malin pulang mak,dia bertepi di pelabuhan!!!”
Ibu : “Malin pulang??Terimakasih Uni atas kabarnya!”
Syukur Alhamdulillah anakku pulang (dalam hati)
Tetangga : “Ayo Mak,kita kesana!”
Mendengar kabar itu sang Ibu merasa senang sekali. Hari yang ditunggu sang ibu pun tiba.
Ibu : “Malin , Malin (berteriak), Malin anakku , kau sudah kembali nak. Ibu sangat merindukanmu.”
Karena malu mengakui Ibunya,Malin pun berbohong.!!!”
Malin : “Siapa kau ?? Ibu ku sudah lama meninggal
Ibu : “Ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan membesarkanmu,mengapa engkau seperti ini??”
Malin : “Tidak,kau bukan Ibuku,Ibuku telah meninggal.”
Cahaya : “Apa benar dia itu Ibumu Kang??Lalu kenapa engkau tidak mengakui dia??”
Malin : “Tidak !! Dia bukan Ibuku !! (bergegas meninggalkan Ibunya)
Kemudian sang ibu menangis sedih, anak yang dilahirkan dan dibesarkannya tidak mengakuinya. Air matanya berlinang. Malin segera pergi dari desa.
Ibu : “Ya ALLAH,mengapa anakku satu-satunya seperti itu??Aku yang melahirkan dan membesarkan dia Ya ALLAH.Berilah Ia teguranmu,sesungguhnya Ia adalah anak yang durhaka!!!”
Tiba-tiba di tengah perjalanan,badai datang,angin bertiup kencang,gelombang air laut naik,kilat menyambar-nyambar,kapal pun terguncang.
Malin : “Ada apa ini??Badai begitu besar”
Tiba-tiba kilat menyambar malin.
Malin : “Aaaaarrrrrggggghhhhh……!!!!!!!!”
Seketika Ia menjadi batu…
Tamat


Menentukan pokok-pokok isi drama
Setelah siswa mendengarkan pembacaan teks drama, maka dapat ditentukan pokok-pokok isi teks drama yang sesuai dengan situasi dan konteks. Untuk menentukan pokok-pokok isi teks drama dapat dilakukan dengan mengidentifikasi 4 aspek penting yang terdapat dalam teks drama, di antaranya:
• Nama tokoh
• Tempat kejadian
• Waktu kejadian
• Peristiwa yang terjadi
Sebagai contoh adalah teks drama karya Putu Wijaya yang berjudul Dor.

Dor
Lampu padam.
PENGADILAN.
Jaksa : Pada tanggal sekian bulan sekian tahun sekian, hari anu di tempat anu, pemuda ini, Muhammad Ali, telah menghilangkan nyawa seorang wanita. Atas nama keadilan, kami tuntut agar pemuda ini dihukum lima belas atau dua puluh tahun. Itulah tuntutan kami.
Hakim : Betul Saudara melakukan itu?
Pemuda : Tidak.
Hakim : Apakah saudara punya bukti-bukti?
Jaksa : Beberapa orang saksi.
Hakim : Mereka mau disumpah?
Jaksa : Ya, tentu saja.
Hakim : Apakah keterangan mereka benar?
Jaksa : Masuk akal dan tidak ada bukti-bukti yang menyanggahnya.
Hakim : Itu saja alasan Saudara?
Jaksa : Juga karena saya yakin bahwa orang ini bersalah.
Hakim : Alasan lain?
Jaksa : Juga karena saya yakin orang ini bersalah.
Hakim : Alasan lain?
Jaksa : Untuk sementara, itu sudah cukup. Kecuali kalau dia bisa membantah.
Hakim : Apakah Saudara akan membantah?
Pemuda : Ya, mengapa tidak!
Hakim : Saudara merasa tidak melakukan kejahatan itu?
Pemuda : Tidak.
Hakim : Tapi, Saudara menembak?
Pemuda : Ya.
Hakim : Saudara dengan sadar menembak?
Pemuda : Ya.
Hakim : Mana para saksi?
Jaksa : Saksi-saksi bawa kemari
......
(Sumber: Dor, karya Putu Wijaya)

Dari teks drama Dor tersebut kita dapat mengidentifikasi 5 aspek penting yang terdapat dalam teks drama.
a. Nama tokoh : hakim, pemuda, dan jaksa
b. Tempat kejadian : di pengadilan
c. Waktu kejadian : ketika sidang kasus pemuda
d. Peristiwa yang terjadi :
(1) Menghilangkan nyawa wanita
(2) Hukuman lima belas atau dua puluh tahun.
(3) Jaksa mempunyai saksi.
(4) Pemuda membantah.
(5) Pemuda mengaku.


Menyusun pokok-pokok isi drama menjadi beberapa kalimat
Berdasarkan identifikasi 4 aspek di atas, siswa dapat menyusun pokok-pokok isi teks drama menjadi beberapa kalimat dengan menggunakan bahasa sendiri. Sebagai contoh, peristiwa pada teks drama Dor dapat disusun menjadi beberapa kalimat seperti berikut:

Di pengadilan, Jaksa menuntut Pemuda telah menghilangkan nyawa seorang wanita. Pemuda dituntut hukuman lima belas atau dua puluh tahun. Jaksa mempunyai bukti-bukti yang memberatkan Pemuda. Bukti-bukti tersebut adalah beberapa orang sakasi. Kemudian, Hakim bertanya pada Pemuda, apa ia ingin membantah. Pemuda menjawab ia membantah. Hakim bertanya lagi, apakah Pemuda menembak. Pemuda pun menjawab ia memang menembak. Akhirnya, Pemuda mengaku bahwa dirinya memang menembak.

Menyimpulkan isi teks drama yang dibacakan.
Setelah menyusun pokok-pokok isi teks drama ke dalam beberapa kalimat, sisiwa dapat menyimpulkan isi dari teks drama yang dibacakan. Dari teks drama berjudul Dor dapat disimpulkan seperti berikut ini:

Pemuda dituntut oleh Jaksa telah membunuh seorang wanita dan ketika ditanya oleh Hakim, Pemuda mengakui bahwa dirinya telah menembak.

2 komentar:

  1. makasih ya...
    tapi kalau bisa di sertai dengan sinopsis dramanya ya....

    BalasHapus

Bottom Ad [Post Page]