Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Herbert Spenser meninjau batasan puisi dari segi bentuk batinnya bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan (Clive Samson dalam Waluyo, 1960: 5). Puisi menyentuh wilayah rasionalitas, patriotisme, cinta, kemerdekaan, dan kebebasan menelusuri gaun-gaun rindu terhadap sang kekasih, tanah air, Tuhan, dan sesama manusia. Pengungkapannya mempunyai kisah panjang, kepedihan, dan berbagai tema lainnya.
Berbagai tema digali untuk mewadahi jiwa puisi-puisi yang semula hanya sekumpulan kata tak berarti menjadi sekumpulan kata yang hidup, yang memiliki kekuatan tersendiri. Berbagai jenis puisi tercipta dengan tema yang sangat beragam. Jenis-jenis puisi itu antara lain adalah sebagai berikut.
1) Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
a. Puisi Naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada pula yang kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Romansa adalah jenis puisi cerita yang mengungkapkan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan kesatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesonakan.
b. Puisi Lirik mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku liriknya.
Jenis puisi ini misalnya: elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu keadaan.
c. Puisi Deskriptif adalah puisi yang di dalamnya penyair bertindak sebagai
pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dapat dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi ini antara lain puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan orang tersebut.
2) Puisi Auditorium dan Puisi Kamar
Puisi Auditorium disebut pula puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangkaian suara). Puisi Auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat mencapai ratusan orang. Sedangkan Puisi Kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua orang pendengar saja di dalam kamar atau sebuah ruangan yang cukup kecil.
3) Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik
Puisi Fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang dapat didengar, dilihat, atau dirasakan adalah merupakan objek ciptaannya. Puisi- puisi naratif, balada, puisi yang bersifat impresionistik, dan juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
4) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif
Puisi Subjektif disebut juga puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair. Sedangkan Puisi Objektif yaitu puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair. Puisi Objektif disebut juga puisi impersonal.
5) Puisi Konkret
Puisi Konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuknya dari sudut penglihatan. Dalam puisi konkret , tanda baca dan huruf- huruf sangat potensial membentuk gambar yang memiliki arti.
6) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat mudah dihayati maknanya. Puisi Gelap adalah puisi yang terlalu banyak mengandung lambang, kiasan, majas, dan sebagainya. Puisi gelap biasanya sukar ditafsirkan maknanya. Dalam puisi Prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu, namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-macam makna yang akan muncul. Puisi Prismatis merupakan puisi yang kaya akan makna.
7) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif
Puisi Parnasian adalah puisi yang diciptakan karena ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilakukan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi tersebut.
8) Stanza
Stanza adalah kumpulan larik sajak yang menjadi satuan struktur sajak, ditentukan oleh jumlah larik, pola mantra, atau rima, dan bait. Jenis puisi stanza biasanya terdiri atas delapan baris.
9) Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi Demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufik Ismail atau puisi-puisi Angkatan ’66. Puisi ini adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. Puisi Pamflet juga menggungkapkan protes sosial. Disebut Puisi Pamflet karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-kata yang muncul biasanya berupa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam.
10) Alegori
Puisi Alegori sering mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis Puisi Alegori yang terkenal adalah Parabel, yang disebut juga dongeng perumpamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]